Sunday, 6 April 2014
serendipity
aku tak mau yang muluk muluk. adanya kamu disini sudah cukup membuat rasa syukurku menumpuk. ini mungkin tak sebanding dengan "sepageti yang kamu bikin" tapi ini sebanding dengan bunga mawar kusut.
setengah lima sore
hai, aku sudah mendengar ceritamu dari teman temanmu. yaa, kalau kau memang lebih bahagia dengan dia, aku bisa apa? mungkin di antara kita, akulah yang paling dilema. maju menghadang jurang atau mundur menginjak landak. jurang itu dalam, gelap, dan mengerikan. aku bisa hancur lebur dan sulit ditemukan kalau jatuh ke dalamnya. sama seperti saat mengingatmu, kamu memberiku ribuan harapan untuk kumiliki padahal kamu sendiri ternyata milik orang lain. Kurang ajar.
sedangkan,aku juga tak mau mundur dan menginjak landak. aku takut landak, aku tidak suka landak, aku tidak mau terluka duri landak. ya, aku tidak mau lagi terluka karena kamu. baiklah aku akan menunggu. entah berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk mendapat sebuah ketulusan yang akan membantuku maju meleangkah melewati jurang. aku ingin bahagia tanpa luka. hanya saja aku bukan seorang tuna netra, aku tidak tuli, aku punya hati. aku tidak bisa purapura buta dan tidak mendegar semua tentag kamu dengan yang baru. tapi tenanglah, aku mahir dalam hal ini. aku pandai menata rapi perasaan, membungkusnya dengan senyuman, dan menimbunnya serapat-sedalam-mungkin dalam hati. dan ketika bibir tak sanggup lagi bicara, biarkan aksara yan berlaga
sedangkan,aku juga tak mau mundur dan menginjak landak. aku takut landak, aku tidak suka landak, aku tidak mau terluka duri landak. ya, aku tidak mau lagi terluka karena kamu. baiklah aku akan menunggu. entah berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk mendapat sebuah ketulusan yang akan membantuku maju meleangkah melewati jurang. aku ingin bahagia tanpa luka. hanya saja aku bukan seorang tuna netra, aku tidak tuli, aku punya hati. aku tidak bisa purapura buta dan tidak mendegar semua tentag kamu dengan yang baru. tapi tenanglah, aku mahir dalam hal ini. aku pandai menata rapi perasaan, membungkusnya dengan senyuman, dan menimbunnya serapat-sedalam-mungkin dalam hati. dan ketika bibir tak sanggup lagi bicara, biarkan aksara yan berlaga
Subscribe to:
Posts (Atom)